Minggu, 31 Juli 2016

Besarnya Neraka Jahanam

⛔ BESARNYA NERAKA JAHANNAM

➡ Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا

🌵 “Neraka Jahannam didatangkan pada hari (kiamat) itu, ia memiliki 70.000 tali kekang, setiap tali kekang ditarik oleh 70.000 malaikat.”

📚 [HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu]

══════ ❁✿❁ ══════

➡ Bergabunglah dan Sebarkan Dakwah Sunnah Bersama Markaz Ta’awun Dakwah dan Bimbingan Islam ⤵

📮 Join Telegram: http://goo.gl/6bYB1k
📲 Gabung Group WA: 08111377787
🌍 Fb: www.fb.com/taawundakwah
🌐 Web: www.taawundakwah.com
📱 Android: http://bit.ly/1FDlcQo
🎬 Youtube: Ta’awun Dakwah
📒 Hastag: #Mutiara_Sunnah

Jumat, 29 Juli 2016

RUKUN-RUKUN SHALAT (Bagian 3)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 24 Syawwal 1437 H / 29 Juli 2016 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
🔊 Kajian 38 | Rukun-Rukun Shalāt (Bagian 3)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H038
➖➖➖➖➖➖➖
MATAN KITAB

أركان الصلاة(فصل) وأركان الصلاة ثمانية عشرة ركنا النية والقيام مع القدرة وتكبيرة الإحرام وقراءة الفاتحة وبسم الله الرحمن الرحيم آية منها والركوع والطمأنينة فيه والرفع والاعتدال والطمأنينة فيه والسجود والطمأنينة فيه والجلوس بين السجدتين والطمأنينة فيه والجلوس الأخير والتشهد فيه والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم فيه والتسليمة الأولى ونية الخروج من الصلاة وترتيب الأركان على ما ذكرناه.

Rukun-rukun (fardhu) shalat ada 18 (delapan belas); niat, berdiri apabila kuasa, takbirotul ihram, membaca al-fatihah dengan barmalah-nya, ruku’, tumakninah dalam ruku’, bangun dari ruku’, i’tidal (berdiri setelah ruku’), tuma’ninah saat i’tidal, sujud, dan tuma’ninah saat sujud, duduk di antara dua sujud dan tuma’ninah, duduk terakhir, dan tasyahud (tahiyat) saat duuk terakhir, membaca shalawat pada Nabi saat tahiyat akhir, salam pertama, niat keluar dari shalat, tertib sesusai urutan rukun di atas.
➖➖➖➖➖

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد

Para Sahabat Bimbingan Islam yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan halaqah ke-38 dan masih pada "Rukun-rukun Shalat".

Sedikit mengulang, mulai rukun sujud yang belum sempat dijelaskan:

قال المصنف
((والسجود، والطمأنينة فيه، والجلوس بين سجدتين، والطمأنينة فيه، والجلوس الأخير))

((Dan sujud serta thuma'ninah di dalamnya, kemudian duduk diantara dua sujud dan thuma'ninah di dalamnya dan duduk tasyahud akhir))

■ RUKUN KE-9 DAN KE-10 ADALAH SUJUD DENGAN THUMA'NINAH

Bagaimana Tata Cara Sujud Yang Benar?

● Pertama | Tidak mengangkat tangan ketika hendak sujud maupun bangun dari sujud.

Berdasarkan hadits dari 'Abdullāh bin 'Umar radhiyallāhu 'anhumā, beliau berkata:

رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَتَحَ التَّكْبِيرَ فِي الصَّلَاةِ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حِينَ يُكَبِّرُ حَتَّى يَجْعَلَهُمَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَهُ وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَعَلَ مِثْلَهُ وَقَالَ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ وَلَا يَفْعَلُ ذَلِكَ حِينَ يَسْجُدُ وَلَا حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ

“Aku melihat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memulai shalat dengan bertakbir. Beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir dan meletakkan kedua tangannya sejajar dengan pundaknya. Ketika bertakbir untuk rukuk Beliau juga melakukan seperti itu.

Jika mengucapkan: 'SAMI'ALLĀHU LIMAN HAMIDAH' (Allāh mendengar siapa yang memuji-Nya), Beliau juga melakukan seperti itu sambil mengucapkan: ‘RABBANĀ WA LAKAL HAMD' (Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian).

Namun Beliau tidak melakukan seperti itu ketika akan sujud dan ketika mengangkat kepalanya dari sujud.”
(HR Al-Bukhari no. 738 dan Muslim no. 390)

● Kedua | Wajib sujud diatas tujuh anggota sujud.

Berdasarkan hadits dari 'Abdullāh bin 'Abbās radhiyallāhu 'anhumā, dia berkata: Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلَا نَكْفِتَ الثِّيَابَ وَالشَّعَرَ

“Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang (anggota sujud); Kening -dan Beliau menunjuk hidungnya-, kemudian kedua telapak tangan, kedua lutut, dan jari jemari dari kedua kaki. Dan saya diperintahkan untuk tidak menahan rambut atau pakaian.”
(HR Al-Bukhari no. 812 dan Muslim no. 490)

● Ketiga | Mengangkat kedua sikunya tatkala sujud dan tidak menempelkan ke tanah.

Berdasarkan hadits:

• ⑴ Dari 'Abdullāh bin Mālik bin Buhainah radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ

"Jika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam shalat, Beliau membentangkan kedua lengannya hingga tampak putih ketiaknya.”
(HR Al-Bukhari no. 807 dan Muslim no. 495)

• ⑵ Dari Abu Humaid As Sa’idi radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata:

فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِشٍ وَلَا قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ

“Jika sujud maka Beliau meletakkan tangannya dengan tidak menempelkan lengannya ke tanah dan tidak pula mendekatkannya ke badannya, dan dalam posisi sujud itu Beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke arah kiblat.”
(HR Al-Bukhari no. 828)

● Keempat | Membaca dzikir pada saat sujud.

Berdasarkan hadits dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallāhu 'anhu:

أَنَّهُ صَلَّى مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَفِي سُجُودِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

“Bahwasanya dia pernah shalat bersama Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam wasallam. Maka ketika ruku’ Beliau membaca: “SUBHĀNA RABBIYAL 'AZHĪM' (Maha suci Rabbku yang Maha Agung) dan ketika sujud beliau membaca 'SUBHĀNA RABBIYAL A'LA' (Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi).”

(HR Abū Dāwūd No. 871, At-Tirmizi no. 262, An-Nasai no. 998, Ibnu Mājah no. 878, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albāni dalam Al-Irwa` no. 333)

⇒ Dan dibaca minimal 1 kali dan disunnahkan tiga kali dan boleh apabila lebih dari tiga kali.

■ RUKUN KE-11 DAN KE-12 ADALAH DUDUK DIANTARA DUA SUJUD DENGAN THUMA'NINAH

◆ TATA CARA

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, dia berkata: Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda kepada orang yang jelek shalatnya, Beliau mengatakan:

ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا

“Setelah itu sujudlah sampai benar-benar kamu sujud, lalu angkatlah (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah sampai kamu benar-benar sujud, kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh shalat (raka'at) mu.”
(HR Al-Bukhāri no. 793 dan Muslim no. 397)

◆ BACAAN

Berdasarkan hadits dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallāhu 'anhu dia berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي

“Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam saat duduk di antara dua sujud, Beliau mengucapkan: 'RABBIGHFIRLĪ RABBIGHFIRLĪ (Wahai Rabbku ampunilah aku, wahai Rabbku ampunilah aku).”
(HR Ibnu Majah no. 897 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albāni dalam Al-Irwa` no. 335)

⇒ Atau bacaan versi lain dengan tambahan.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzy, dari Ibnu 'Abbās, bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam membaca:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

Demikian yang bisa kami sampaikaan, in syā Allāh akan kita lanjutkan pada halaqah berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
وآخر دعونا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
_____________________________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Kamis, 28 Juli 2016

ORANG YANG PERTAMA KALI DIHISAB

🌎 BimbinganIslam.com
Rabu, 22 Syawwal 1437 H / 27 Juli 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📘 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 47 | Orang Yang Pertama Dihisab, Amalan Yang Pertama Dihisab dan Hal Yang Pertama Dihisab
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-AR-S05-H47
➖➖➖➖➖➖➖

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-47 dari Silsilah 'Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Orang Yang Pertama Dihisab, Amalan Yang Pertama Dihisab Dan Hal Yang Pertama Dihisab".

■ ORANG YANG PERTAMA KALI DIHISAB

Orang yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat ada 3 orang:

⑴ ORANG YANG BERJIHAD KARENA RIYĀ'

Dia akan didatangkan dan akan diperlihatkan kenikmatan yang telah Allāh berikan kepadanya, maka diapun mengenalnya.

Kemudian ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla: "Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?"

Dia berkata: "Aku gunakan untuk berperang di jalanmu sampai aku mati syahid."

Allāh berkata kepadanya: "Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang supaya dikatakan sebagai seorang pemberani dan manusia sudah mengatakan engkau adalah pemberani."

Kemudian didatangkan,

⑵ ORANG YANG MEMPELAJARI ILMU DAN MENGAJARKANNYA DAN JUGA MEMBACA AL QURĀN AKAN TETAPI MELAKUKAN ITU SEMUA KARENA RIYĀ

Kemudian diperlihatkan kenikmatan yang Allāh berikan kepadanya maka diapun mengenalnya.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla bertanya: "Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?"

Dia berkata: "Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca Al Qurān karenaMu."

Allāh berkata: "Kamu dusta, kamu mempelajari ilmu, mengajarkannya supaya dikatakan alim dan membaca Al Qurān supaya dikatakan Qari' dan manusia sudah mengatakan demikian."

Kemudian didatangkan,

⑶ ORANG YANG ALLĀH LUASKAN HARTANYA DAN TELAH DIBERIKAN BERBAGAI MACAM HARTA BENDA

Maka Allāh memperlihatkan kenikmatan yang telah Allāh berikan kepadanya, maka diapun mengenalnya.

Kemudian Allāh bertanya: "Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?"

Ia pun menjawab: "Tidaklah aku tinggalkan satu jalan yang engkau cinta. Aku berinfaq di dalamnya, kecuali aku infaq di dalamnya."

Allāh berkata: "Kamu dusta, akan tetapi engkau melakukannya supaya dikatakan dermawan. Dan sungguh manusia telah mengatakan demikian."

(Hadits shahih riwayat Muslim)

■ AMAL IBADAH YANG PERTAMA KALI AKAN DIHISAB

Amal ibadah yang pertama kali akan dihisab adalah shalat lima waktu.

Apakah seorang hamba menyempurnakan shalatnya atau tidak;

• Jika sempurna, maka akan ditulis sempurna.

• Dan apabila kurang, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memerintahkan malaikat untuk melihat shalat-shalat sunnahnya.

• Apabila dia memiliki shalat-shalat sunnah, maka akan digunakan untuk menambal kekurangan yang dilakukan ketika shalat fardhu.

(Hadits Shahih riwayat Abū Dāwūd dan Ibnu Mājah).

■ HAL YANG PERTAMA DIHISAB

Adapun hal yang pertama yang berkaitan dengan hak antar manusia yang akan dihisab adalah tentang darah.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فِي الدِّمَاءِ 

"Hal yang pertama kali akan dihisab yang berkaitan dengan hak antar manusia pada hari kiamat adalah tentang darah."
(HR Muslim)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy,
Di kota Al Madīnah

✒Ditranskrip Oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________________

Rabu, 27 Juli 2016

Prasangka Buruk

? BimbinganIslam.com
Senin, 13 Syawwal 1437 H / 18 Juli 2016 M
? Ustadz Firanda Andirja, MA
? Kit?bul J?mi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
? Hadits 08| Prasangka Buruk
? Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H08
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
PRASANGKA BURUK
?????? ??????? ??????????? ??????????
????? ??? ??????? ??????? ??? ???? ???
Ikhw?n dan Akhw?t yang dirahmati oleh All?h Subh?nahu wa Ta'?la.
Kita masih dalam pembahasan bab tentang " Peringatan Terhadap Akhlaq yang Buruk", kita masuk pada had?ts yang ke-8.
Dimana Ras?lull?h shallall?hu 'alayhi wa sallam bersabda:
?????? ???? ?????????? ??????? ???????? ???????? ???????????
"Hati-hatilah (waspadalah) kalian dari prasangka, sesungguhnya prasangka merupakan perkataan yang paling dusta."
(Hadits Riwayat Bukh?ri nomor 5604, versi Fathul Bari nomor 6064 dan Muslim nomor 4646, versi Syarh Muslim nomor 2563)
Iyy?kum wazhzhan artinya Ihdaru wazhzhan hati-hatilah kalian dari persangkaan.
?Persangkaan adalah sesuatu yang terbetik di hati kita, menduga-duga, tidak ada sesuatu yang merupakan (menunjukkan) kejelasan.
Yang dimaksud dalam had?ts ini adalah *" Persangkaan Buruk"*
Tidak boleh seseorang berprasangka buruk kepada saudaranya, karena All?h melarang hal tersebut.
All?h mengatakan:
??? ???????? ????????? ??????? ??????????? ???????? ???? ???????? ????? ?????? ???????? ??????
"Wahai orang-orang yang berim?n, jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, karena sesungguhnya sebagian persangkaan itu dusta."
(QS Al Huj?rat : 12)
Para ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan sebagian persangkaan merupakan dosa adalah berprasangka buruk terhadap orang-orang yang zhahirnya baik. Ini tidak diperbolehkan.
Jadi, kita dilarang berprasangka buruk kepada orang-orang yang zhahirnya baik.
Adapun untuk para pelaku maksiat, para pelaku kefasiqan maka kita boleh-boleh saja berprasangka buruk kepada mereka karena itulah yang zhahir.
Kita diperintahkan untuk menghukumi sesuatu yang zhahir, dan zhahir mereka (para pelaku maksiat, para ahli kefasiqan, orang-orang yang jahat, pelaku kriminal) maka kita boleh berprasangka buruk kepada mereka.
Oleh karenanya tidak boleh kita berprasangka buruk kepada orang-orang yang zhahirnya baik, kecuali ada dal?l atau qarinah (indikasi) yang menguatkan kita untuk berprasangka buruk.
Akan tetapi jika tidak ada indikasi sama sekali, hanya sekedar persangkaan, maka ini hukumnya adalah har?m.
Yang dimaksud dengan *"hati-hatilah kalian terhadap prasangka yang buruk"* maksudnya  kita membenarkan prasangka tersebut.
Adapun jika terbetik dalam hati kita prasangkaan buruk terhadap saudara kita seorang muslim yang baik, maka ini tidak bisa dihindari.
Ini tidak sampai pada derajat dosa karena Nabi Shallall?hu 'alayhi wa sallam bersabda :
????? ????? ????????? ?????????? ??? ???????? ???? ??????????? ??? ????? ?????????????? ???? ??????????? ????
"Sesungguhnya All?h Subh?nahu wa Ta'?la memaafkan bagi umatku apa yang terbetik di dalam hatinya, selama mereka tidak berbicara dan tidak mengamalkannya (tidak mengambil tindakan)."
(Had?ts Riwayat Muslim nomor 181, versi Syarh Muslim nomor 327)
Jadi, kalau terbetik dalam hati kita berprasangka buruk kepada seseorang maka tidak berdosa. Dikatakan berdosa kalau kita membenarkan persangkaan tersebut.
Nabi Shallall?hu 'alayhi wa sallam mensifati prasangka dengan ??????? ???????? ???????? ??????????? persangkaan merupakan perkataan yang paling dusta.

Kenapa demikian?
Karena kalau kedustaan murni orang tahu bahwa ini adalah buruk, tapi kalau persangkaan, sering kita menjadikannya sebagai dal?l untuk membenarkan apa yang kita duga. Padahal persangkaan tersebut merupakan kedustaan.
Bukankah perbuatan atau pernyataan orang tersebut masih bisa ditafsirkan dengan tafsiran yang baik?
Masih banyak kemungkinan, namun datang syaith?n kemudian membisikkan kepada kita/mendikte kepada kita agar menafsirkan perkataan-perkataannya (perbuatannya) dengan tafsiran yang buruk.
Umar Bin Khattab Radhiyall?hu 'anhu pernah berkata:
??? ?????????? ?????????? ???????? ???? ???????? ?????? ???????? ?????? ????? ??? ????????? ?????????
"Janganlah engkau berprasangka tentang perkataan yang keluar dari saudaramu dengan persangkaan yang buruk, yang engkau bawa pada penasfiran yang buruk, sementara engkau masih bisa menafsirkannya dengan penafsiran yang baik."
Oleh karenanya, tatkala perkataan atau perbuatan saudara kita masih mengandung penafsiran baik dan buruk (banyak penafsiran), kenapa kita masih memilih penafsiran yang buruk?
Kenapa ? Karena syaith?n datang, lantas mendikte kita agar kita menafsirkan dengan penafsiran yang buruk.
Setelah kita menafsirkan dengan penafsiran yang buruk (sesuai dikte syaith?n) kemudian kita membangun hukum di atas penafsiran yang buruk tersebut. Dan kita menyangka  itu adalah kebenaran.
Karena itulah Nabi mengatakan,
??????? ???????? ???????? ???????????
"Persangkaan itu merupakan perkataan yang paling dusta"
Kenapa?
Karena kita menyangka itu benar dan kita membangun hukum di atas persangkaan tersebut padahal itu merupakan kesalahan.
Berbeda dengan kedustaan murni, kalau kedustaan murni hati kita akan menolak karena itu dusta. Tetapi dikatakan perkataan yang paling dusta tetapi kenapa dikatakan perkataan yang paling dusta karena kita menyangka persangkaan ini merupakan kebenaran padahal adalah merupakan sesuatu yang tidak dibangun diatas dal?l lalu kita membangun hukum diatasnya sehingga dikatakan dengan persangkaan yang paling buruk.
Ikhw?n dan Akhw?t yang dirahmati oleh All?h Subh?nahu wa Ta'?la,
?Jadi, hukum asal kepada seorang muslim yang baik yang bukan pelaku maksiat maka kita harus berprasangka baik kepada mereka.
?Dan yang utama untuk kita berprasangka baik adalah kepada orang yang dekat dengan kita.
? Ustadz kita yang mungkin mengucapkan perkataan yang keliru, kita berparsanga baik, kita kros cek terlebih dahulu.
? Orang tua kita, Istri/suami kita, anak-anak kita, hendaknya kita berprasangka baik kepada mereka. Kalau terucap perkataannya yang mungkin kedengarannya keliru atau mungkin perbuatannya keliru, harus kita kros cek terlebih dahulu.
Jangan berprasangka buruk kemudian kita membuat hukum di atas prasangka yang belum tentu benar dan kemungkinan besarnya adalah salah.
Kita boleh berprasangka buruk kalau memang ada indikasi yang kuat.
? Contohnya kisah yang All?h sebutkan dalam Al Qur?n.
Tentang kisah saudara-saudara Nabi Y?suf 'alayhissal?m yang meminta izin kepada ayah mereka (Nabi Yakub 'alayhissal?m) untuk membawa adik mereka (Y?suf) bermain-main.
Lantas mereka memasukkan ke dalam sumur kemudian pulang bertemu dengan ayah mereka dengan mengatakan bahwasanya Y?suf 'alayhissal?m dimakan oleh srigala.
Dan untuk menguatkan kedustaannya mereka berkata: "Dan engkau tidak akan percaya kepada kami, wahai ayah, meskipun kami jujur."
Untuk menguatkan pernyataan mereka juga, mereka datang di malam hari sambil menangis seakan-akan Y?suf  meninggal dunia.
Kemudian mereka juga membawa bukti berupa baju Nabi Y?suf yang penuh darah.
Nabi Yakub 'alayhissal?m tidak membenarkan perkataan mereka dan tetap berpasangka bahwa ini adalah kedustaan, kenapa? Karena ada indikasi yang sangat kuat, yaitu Nabi Yakub melihat baju Nabi Y?suf yang berlumuran darah akan tetapi tidak terlihat terkoyak.
Apakah ada srigala yang begitu baik, tatkala memangsa mangsanya tidak di cakar, hanya dimakan saja. Dan ini tidakbenar, kalau benar Nabi Y?suf dimakan srigala tentu bajunya sudah terkoyak oleh cakaran srigala.
Dari sini Nabi Yaqub 'alayhissal?m tidak membenarkan perkataan anak-anaknya yanh menyatakan adik mereka ( Y?suf) telah dimakan oleh Srigala dan ini diperbolehkan.
Jadi kita boleh berprasangka keluar dari hukum asal, kita berprasangka buruk kalau memang ada indikasi yang kuat, tetapi kalau tidak ada maka har?m bagi kita untuk berprasangka buruk.
Oleh karenanya, sebagian salaf mengatakan:
"Hati-hatilah kalian dari amalan yang kalaupun benar maka kalian salah, apalagi kalau salah, yaitu berprasangka buruk."

Kita dilarang oleh All?h berprasangka buruk kalau tidak ada indikasi tidak boleh kita berprasangka buruk.
Seandainya kita berprasangka buruk dan ternyata persangkaan kita benar maka kita pun (tetap) berdosa.
Kenapa?
Karena kita menbangun persangkaan tersebut dengan tidak ada indikasi, tidak ada dalil.
Apalagi kalau persangkaan kita keliru.
Jadi, kita hanya boleh berprasangka buruk kalau ada indikasi yang kuat yang mengeluarkan dari hukum asal. Hukum asal seorang muslim adalah baik, tidak boleh kita keluar dari keyakinan tersebut.
Berhati-hatilah kalian dari mengikuti dikte syaith?n.
????? ???? ????? ???????
_____________________________
?Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004
?Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Sabtu, 23 Juli 2016

Lemah VS Lemah Siapa yang Menang ?

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 18 Syawwal 1437 H / 23 Juli 2016 M
👤 Ustadz Abdullah Zaen, MA
📔 Materi Tematik | Lemah VS Lemah Siapa yang Menang ?
🌐 Sumber:
http://catatankajian.com/624-lemah-vs-lemah-siapa-yang-menang-ustadz-abdullah-zaen-ma.html
-----------------------------------

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Saya yakin semua dari kita pernah mengucapkan ta’awaudz, yaitu ungkapan:
  أعوذ بالله من الشيطان الرجيم (A'ūdzubillāhiminasysyaithānirrojīm).

Dan saya yakin semuanya sudah hafal dan kalau ditanya tentang artinya sekilas mungkin banyak yang sudah tahu.

A'ūdzubillāhiminasysyaithānirrojīm, aku memohon perlindungan kepada Allāh dari godaan atau syaitan yang terkutuk.

Tapi:
🔗Sudahkah kita mendalami makna dari kalimat yang mulia ini?
🔗Sudahkan kita mengetahui kenapa kita diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk memohon perlindungan kepadanya ?
🔗Apakah syaitan adalah makhluk yang kuat sehingga kita perlu bantuan Allāh Subhānahu wa Ta'āla ?
🔗Kalau memang syaitan makhluk yang lemah, kenapa kita perlu meminta bantuan Allāh Subhānahu wa Ta'āla?

Inilah yang in syaa Allāh akan sedikit kita kupas pada kesempatan yang berbahagia kali ini.

Pertanyaan pertama tentunya adalah kenapa kita minta perlindungan sama Allāh, apakah syaitan adalah sosok makhluk yang begitu kuat sehingga kita perlu untuk meminta perlindungan kepada Allāh, kalau memang syaitan itu makhluk yang lemah terus kenapa kita tidak mengandalkan kekuatan diri kita saja, kalau misalnya anda na’udzubillāhimindzālik dirampok misalnya.
Anda misalnya dirampok oleh sepuluh perampok, yang mana sepuluh perampok itu adalah orang yang kuat-kuat, saya yakin saat itu anda perlu bantuan, anda perlu meminta pertolongan kepada orang lain untuk menghadapi sepuluh perampok yang kuat-kuat tersebut, namun sekarang kalau misalnya ada perampok datang kepada anda dia orangnya kurus, lemah bahkan mungkin anak kecil katakanlah, dia anak kecil akan merampok anda dan anda tidak perlu bantuan kepada orang lain karena anda merasa bisa menangani perampok itu sendiri.

Syaitan adalah makhluk yang lemah, silahkan anda dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat 76 disitu Allah subhanahu wat’ala berfirman:

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

“Sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah”

Sesungguhnya tipu daya syaitan itu lemah, jadi sejatinya syaitan adalah makhluk yang lemah, syaitan adalah makhluk yang lemah, terus kenapa kita perlu bantuan dari Allah subhanahu wata’ala untuk menghadapi makhluk yang lemah tersebut ?

Apakah kita tidak cukup dengan kekuatan yang kita miliki sendiri, mengapa kita perlu butuh bantuan Allah subhanahu wata’ala ?

Jawabannya adalah karena kita sebagai manusia juga makhluk yang lemah, makannya dalam Al Qur’an surat An Nisa juga, dan ini menarik, surat An Nisa juga di ayat berbeda yaitu ayat ke 28 Allah subhanahu wata’ala menegaskan:

وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

“Manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang lemah”

Berarti syaitan lemah dan manusia juga lemah, berarti sekarang lemah versus lemah, ah kalau lemah ketemu sama lemah siapa yang menang, yang jadi pertanyaan siapa yang menang?

Yang menang adalah yang minta pertolongan kepada yang maha kuat yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dari sinilah kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman di dalam surat yang lainnya yaitu dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 200, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirmant:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla “seandainya kalian sedang diganggu oleh syaitan maka mintalah perlindungan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla”

Mintalah perlindungan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kenapa kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Mendengar dan Maha Melihat”

Jadi dalam Ayat ini Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan kita untuk meminta perlindungan kepada Allāh jala wa ‘ala karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla punya kemampuan supaya kita menang melawan syaitan kita harus minta perlindungan dan pertolongan serta bantuan dari Dzat yang Maha Kuat yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dari sinilah kita diperintahkan untuk ber isti’adzah, maka jangan sampai diantara kita terlalu mengandalkan kekuatan dirinya sendiri, mentang-mentang saya udah shālat lima waktu dengan rajin, saya sudah berdzikir, saya sudah berpuasa, saya sudah berhaji tidak mungkin syaitan akan menang melawan saya, ini semuanya adalah penyakit yang sangat berbahaya.

Makannya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diantara do’a yang sering beliau ucapkan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad dan do’a ini atau hadits ini dinilai hasan oleh syaikh Al Albani, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو

“Ya Allāh aku mengharapkan rahmat-Mu wahai Allāh, aku mengharapkan kasih sayang-Mu wahai Allāh”

Kemudian kata Nabi apa?

فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

“Janganlah engkau jadikan aku bergantung pada diriku sendiri walaupun hanya sekejap mata”

Sekejap mata itu, berapa sih ?

Sekejap mata, satu detik atau bahkan kurang dari itu, Nabi kita Shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak mau menggantungkan diri pada kekuatan dirinya sendiri saja, karena apa karena manusia adalah makhluk yang lemah.

Seandainya Nabi kita Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah merupakan sosok makhluk yang paling bertakwa, keimanannya paling unggul, ketakwaannya paling tinggi diantara sekian banyak manusia yang ada di muka bumi saja mengakui kelemahan dirinya kenapa kita seperti itu wahau kaum muslimin dan kaum muslimat yang kami hormati.

Maka mari kita berusaha untuk mengucapkan

أعوذ بالله من الشيطان الرجي (A'ūdzubillāhiminasysyaithānirrojīm)

Bukan hanya sekedar di lisan kita tapi kita masukkan ke dalam hati kita, kita meyakini bahwa kita adalah makhluk yang lemah, kita adalah insan yang fakir yang membutuhkan bantuan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga kita senantiasa menggantungkan nasib kita, urusan kita, kepentingan kita, seluruh kehidupan kita hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ

Kaya Allāh Subhānahu wa Ta'āla: “Bertawakal lah kalian kepada yang maha hidup yang tidak akan pernah mati”.
(QS AlFurqan 58)

Jadi disinilah kita diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk menggantungkan diri kita, untuk menggantungkan nasib kita kepada yang maha hidup dan yang tidak akan pernah mati.

Kata para ulama, disini ada tiga jenis yang kita tidak boleh menggantungkan diri kepada mereka:

(1) Benda mati, yang memang jelas-jelas dia itu mati seperti batu, keris, jimat kemudian berhala, patung dan seterusnya benda mati, ini yang pertama kita tidak boleh menggantungkan diri kepada benda mati.

(2) Makhluk hidup, makhluk hidup yang akan mati, jangan kita menggantungkan diri kepada makhluk hidup yang akan mati karena mereka suatu saat nanti akan hilang, mereka suatu saat nanti akan tidak ada di muka bumi ini, ini makhluk hidup yang akan mati, yang akan mati siapa ya manusia, jin, syaitan dan seterusnya.

(3) Makhluk hidup yang sudah mati, siapa itu ya merekalah yang ada di kuburan, jangan kita gantungkan diri kita kepada mereka.

Tapi gantungkanlah seluruh urusan kita, mohonlah perlindungan dan bantuan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Al Hayyi yang maha hidup Alladzii laa yamuut yang tidak akan pernah mati.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat, wallāhuta’ala wa a’lam, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

__________
📦Donasi Operasional & Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank 451
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

📮Saran Dan Kritik
Untuk pengembangan dakwah group Bimbingan Islam silahkan dikirim melalui
SaranKritik@bimbinganislam.com

Selasa, 19 Juli 2016

KEADAAN MANUSIA KETIKA HISAB

🌎 BimbinganIslam.com
Rabu, 15 Syawwal 1437 H / 20 Juli 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Roy, MA
📘 Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir
🔊 Halaqah 46 | Keadaan Manusia Ketika Hisab
⬇ Download Audio: https://goo.gl/dsSk5L
➖➖➖➖➖➖➖

KEADAAN MANUSIA KETIKA HISAB

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-46 dari Silsilah  Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang "Keadaan Manusia Ketika Hisab".

Ada di antara manusia yang kelak akan sulit hisabnya. Ada yang mudah. Dan ada di antara mereka yang sama sekali tidak dihisab.

Orang-orang kafir, menurut pendapat yang lebih kuat, meskipun amalan mereka adalah amalan yang sia-sia, namun mereka akan dihisab dan ditanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

⇒ Sebagai celaan bagi mereka.
⇒ Dan untuk menunjukkan keadilan Allāh serta menegakkan hujjah atas mereka.

◆ Hisab orang-orang kafir akan sangat teliti.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

وَمَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ هَلَكْ

“Barangsiapa yang diperiksa dengan teliti hisabnya maka dia akan binasa.”
(HR Bukhāri dan Muslim, shahīh)

◆ Adapun orang-orang yang beriman maka mereka akan dihisab dengan hisab yang mudah.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ (٧) فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابً۬ا يَسِيرً۬ا (٨)

“Adapun orang yang diberi kitab dengan tangan kanannya maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.”
(QS Al Insyiqāq: 7-8 )

⇒ Dan yang dimaksud dengan "hisab yang mudah" disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam sebuah hadits yang artinya:

"Sesungguhnya Allāh akan mendekatkan seorang mu'min kemudian menutupinya, kemudian Allāh berkata kepadanya:

'Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?'
Maka orang mukmin tersebut akan berkata: 'Iya, wahai Rabbku.'

Sehingga ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla sudah membuatnya mengakui dan hamba tersebut melihat bahwasanya dirinya akan binasa (yaitu karena dosa-dosa tersebut) maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan berkata:

'Aku telah menutupi dosa-dosamu ini di dunia dan Aku mengampuninya untukmu hari ini.'

Maka diapun diberi kitab kebaikan-kebaikannya."
(HR Bukhāri dan Muslim, shahīh)

◆ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya ada 70.000 orang dari umatnya yang kelak tidak dihisab sama sekali.

Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang:
✓Tidak pernah minta diobati dengan besi panas.
✓Tidak minta diruqyah orang lain.
✓Tidak ber-thathoyyur (yaitu menganggap sial dengan melihat burung atau yang semisalnya).
✓Dan mereka hanya bertawakal kepada Allāh.

Di antara mereka adalah seorang sahabat 'Ukkasyah Ibnu Mihshān.
(HR Bukhāri dan Muslim, shahīh)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

'Abdullāh Roy, Di kota Al Madīnah

✒Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
______________________________