Jumat, 25 November 2016

AGAR RINGAN DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN HIDUP (BAG. 6 - selesai)

�� BimbinganIslam.com
Sabtu, 26 Shafar 1438 H / 26 November 2016 M
�� Ustadz Dr. Ainul Haris, Lc. MA
�� Materi Tematik | Agar Ringan Dalam Menghadapi Permasalahan Hidup (Bag.6 - selesai)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AH-ARDMPH-06
-----------------------------------

AGAR RINGAN DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN HIDUP (BAG. 6 - selesai)

Agar Ringan Dalam Menghadapi Permasalahan Hidup

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Mengapa seorang mu'min yang tangguh imannya bisa menghadapi hidup ini dengan lapang meskipun berat tantangan hidup yang di hadapi

Yang Ke-empat| Karena seorang mu'min itu selalu bertawakal  kepada Allāh, selalu menggantungkan dirinya hanya kepada Allāh dalam segala urusannya, baik yang berat maupun yang ringan, yang lapang maupun yang sempit.

Semua masalah dia gantungkan hanya kepada Allāh, dia tidak mengantungkan permasalahan yang dihadapi kepada kemampuan dirinya sendiri. Juga dia tidak mengantungkan kepada sebab dan akibat.

Karena itu dia senantiasa  berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla di pagi dan sore harinya sebagaimana di tuntunkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

 وَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Yā Allāh,  janganlah engkau bebankan, beban-beban hidup itu terhadap diriku sendiri, meskipun hanya sekejap mata"

(HR Abu Daud nomor 5090)

Jadi meskipun hanya satu kedipan mata, waktu yang kita perlukan tetapi dalam kondisi waktu yang sangat singkat itupun kita tetap hanya mengantungkan kepada Allāh.

Kita tidak mengantungkan kepada diri kita, tidak mengantungkan kepada makhluk dan tidak kita gantungkan nasib dan berbagai problem yang kita hadapi kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun orang-orang yang betul-betul bertawaqal, orang-orang mu'min sejati yang betul-betul bertawaqal kepada Allāh maka jaminannya jelas dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Dan barangsiapa bertawakal kepada Allāh maka Allāh akan mencukupi kebutuhannya"

(QS At-thalāq: 3)

Dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imān Bukhāri dan Imān An-Nasāi' dari Ibnu 'Abbās Radhiyallāhu 'anhu ketika Nabi Ibrāhim 'alayhissalām dilemparkan ke dalam api beliau mengucapkan, "Hasbunāllāhu wa ni'mal wakīl" (Cukuplah Allāh bagi kami, dan Allāh adalah sebaik-baik pelindung kami).

Dan kalimat ini pulalah, pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Yang diucapkan oleh nabi kita Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika ditakut-takuti  oleh bangsa Quraysh bahwa beliau akan diserang oleh sekumpulan pasukan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan tegasnya mengatakan, " Hasbunāllāhu wa ni'mal wakīl".

Dalam sebuah ayatnya disebutkan dalam surat Al-Imrān ayat 173:

"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu wahai Muhammad, karena itu takutlah kepada mereka"

Inilah bentuk teror yang dilakukan oleh orang-orang Quraysh kepada nabi kita Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Tapi apa jawaban nabi Muhammad?

Jawaban Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terhadap mereka adalah:

"Cukuplah Allāh menjadi penolong kami dan Allāh sebaik-baik penolong", ("Hasbunāllāhu wa ni'mal wakīl").

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Berbeda dengan orang yang tidak bertawakal kepada Allāh, yang tidak mengantungkan hidupnya kepada Allāh.

Ketika terjadi musibah, ketika menghadapi persoalan-persoalan berat dia akan kebinggungan karena dia menggantungkan semuanya kepada dirinya atau kepada sebab akibat atau kepada makhluk sementara dirinya lemah, sementara makhluk itu lemah. Sehingga dengan demikian dia akan semakin menderita karena tidak mampu menghadapi berbagai persoalan-persoalan yang setengah merundung dirinya.

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Semuanya itu tidak akan mampu dia selesaikan bahkan sebaliknya dengan mengantungkan terhadap dirinya sendiri maka dia semakin bertambah sengsara.

Yang kelima | Seorang mu'min itu senantiasa mampu menghadapi persoalannya, betapapun beratnya persoalan itu, karena dia sebagai seorang muslim yakin bahwa pilihan Allāh itulah pilihan yang terbaik.

Karena itu disebutkan didalam Al-Qurān:

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Janganlah kamu membenci sesuatu padahal ia adalah lebih baik bagimu dan janganlah kamu menyukai sesuatu padahal ia adalah lebih buruk bagimu, Allāh maha mengetahui dan kamu tidak mengetahui"

(QS Al-Baqarah: 216)

Dengan demikian seseorang akan tetap bahagia dengan musibah dengan penderitaan atau berbagai penyakit yang menimpa dirinya, karena dia melihat persoalan dengan prespektif jangka panjang dengan positiv thinking sehingga dia akan tetap bisa menghadapi persoalan itu dengan tenang dan dia mengharapkan sesuatu yang lebih baik dalam kehidupannya yang akan datang.

Pendengar rahimani wa rahimakumullāh.

Marilah kita lihat diri kita masing-masing, siapapun diri kita.

· Apakah kita orang yang miskin atau orang kaya?
· Apakah rakyat jelata atau seorang pejabat?

Apakah kita telah merasakan kelapangan dalam hidup ini?

√ Apakah kita sudah bisa menghadapi berbagai problem hidup kita dengan tenang?

√ Apakah kita sudah bisa menghadapi dengan optimisme yang besar?

√ Apakah kita sudah bisa berpikir positive thinking dalam menghadapi problematik hidup?

√ Apakah kita justru sebaliknya melihat masalah dengan pandangan yang buram?

√ Selalu pesimis?

√ Suka menyalahkan orang lain?

√ Sering marah mungkin bahkan suka stress?

Ketahuilah apabila itu sering terjadi pada diri kita, menunjukan bahwa iman kita masih lemah.

Iman bisa bertambah dan bisa berkurang, sebanyak tingkat keimanan kita sebesar tingkat keimanan kita, sebesar itulah kemampuan kita di dalam menghadapi berbagai problematika hidup.

Semakin lemah iman kita, maka kita akan semakin lemah pula di dalam menghadapi problematika hidup.

Kita akan gampang gelisah, gampang marah, gampang stress dan gampang berbuat dosa dan maksiat, apabila iman kita lemah.

Akan tetapi seorang mu'min hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan keimanan nya karena memang iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang.

Seorang mu'min sejatinya selalu dalam kebahagiaan, senantiasa dalam kebahagiaan dan kelapangan dalam kondisi apapun.

Seperti dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah:

"Di dunia ini sudah ada surga, sudah ada kebahagiaan, ketenangan dan kelapangan, barang siapa yang tidak masuk didalamnya maka dia tidak akan bisa masuk surga yang ada di akhirat".

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang memiliki iman yang tangguh, sehingga selalu bisa menikmati kebahagiaan, kelapangan dan optimis dalam menghadapi setiap persoalan. Bahagia di dunia ini maupun nanti di akhirat. Āmīn.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________________________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
��www.cintasedekah.org
�� https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
�� youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Jumat, 18 November 2016

Sandaran Hati

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 19 Shafar 1438 H / 19 November 2016 M
👤 Ustadz 'Abdullāh Taslim, MA
📔 Materi Tematik | Sandaran Hati
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-SandaranHati
🌐 Sumber: https://yufid.tv/14480-ceramah-singkat-sandaran-hati-ustadz-abdullah-taslim-ma.html
-----------------------------------

*SANDARAN HATI*

السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان

Ma'āsyiral Muslimīn Rahimakumullāh.

Banyak diantara kita yang tidak memahami tingginya kedudukan bersandar kepada Allāh dalam segala sesuatu yang kita inginkan. Baik dalam kebaikan-kebaikan urusan dunia apalagi dalam urusan agama.

Tidak sedikit diantara kita yang menganggap (misalnya) bertawakkal, berdo'a kepada Allāh, bergantung kepada-Nya itu adalah perkara yang dilakukan nomor dua, nomor tiga atau nomor empat. Pertama kita usaha dulu, lakukan dulu dengan anggota badan kita.

Biasanya orang-orang mengatakan ikhtiyār dulu baru tawakkal setelah itu.

⇒ Apakah ini benar? 

Tentu ini bukan hal yang dibenarkan dalam agama.

Bertawakkal itu dilakukan dari awal, pertengahan dan sampai akhir, tidak dijadikan urusan kedua atau ketiga.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan dalam Al Qurān, hidayah tergantung dari i'tisham penyandaran diri kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

_"Barang siapa yang selalu bersandar kepada Allāh, berpegang teguh dengan Allāh, maka dialah yang mendapatkan bimbingan, petunjuk untuk menempuh jalan yang lurus."_

(QS Ali 'Imrān: 101)

Mengenai tawakkal, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam Al Qur'ān:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

_"Barangsiapa yang bertawakkal (berserah diri) menyandarkan hatinya dengan benar kepada Allāh maka Allāh akan mencukupi segala urusan dan kebutuhannya."_

(QS Ath Thalāq: 3)

Coba lihat!

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan tentang tawakkal itu yang harusnya diutamakan (didahulukan).

Memang kita diperintahkan untuk melakukan sebab.

Tapi siapa yang mengatakan sebab itu hanya usaha-usaha zhahir yang dilakukan manusia?

Hanya berdasarkan apa yang dipikirkan, strategi yang dirancang manusia atau kekuatan fisiknya, keterampilan badannya, siapa yang mengatakan demikian?

⇒ Do'a adalah sebaik-baik usaha, penyandaran hati adalah usaha yang paling utama.

Imām Ibnu Qayyim rahimahullāh mengatakan:

إن الدعاء من أقىوى الأسباب لجلبل مصاله ودفع المكرة

_"Sesungguhnya do'a termasuk usaha yang paling kuat, sebab yang paling besar untuk bisa mendatangkan kebaikan-kebaikan dan menolak keburukan-keburukan (kejelekan-kejelekan)."_

Jadi penyandaran hati, tawakkal, takut dan berharap kepada Allāh, yakin dengan pilihan-Nya, ridhā dengan ketentuan-Nya, selalu bersangka baik kepada Allāh, ini justru yang menentukan keberhasilan dan kebaikan. Ini justru yang menjadikan tenang hati hamba ketika bersandar kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, dalam hadīts qudsi Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

أَنَا عِندَظَنِّ عَبْدِى بِى

_"Aku ini sesuai dengan persangkaan, sesuai dengan pengharapan hambaku kepadaku."_

(Muttafaqun 'alaih)

Lihatlah, dalam hal pengampunan dosa, sebanyak apapun hamba berbuat dosa, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam sebuah hadīts qudsi yang shahīh riwayat Tirmidzi dan yang lainnya:

يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ

_"Wahai manusia, selama engkau masih berharap kepada Allāh, berdo'a kepada Allāh maka aku akan ampuni semua dosa-dosamu, tidak perduli sebanyak apapun dosa tersebut."_

(Hadīts shahīh riwayat Tirmidzi nomor 3540)

Salah seorang shahābat Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika (sedang sakit) pernah dijengguk oleh Nabi  shallallāhu 'alayhi wa sallam. Ditanya oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

كَيْفَ تَجِدُك 

_"Apa yang kamu rasakan saat ini?"_

Shahābat radhiyallāhu Ta'āla 'anhum itu mengatakan:

إِنِّى أَرْجُو اللَّهَ وَإِنِّى أَخَافُ ذُنُوبِي.

_"Wallāhi Yā Rasūlullāh, aku benar-benar mengharapkan rahmat Allāh dan mengkhawatirkan dosa-dosaku (takut dosa-dosaku)."_

Ketika itu Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam  bersabda:

لاَ يَجْتَمِعَانِ فِى قَلْبِ عَبْدٍ فِى مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ

_"Demi Allāh yang jiwaku ditangan-Nya, tidaklah terkumpul dua perasaan (yaitu) takut dan berharap dalam hati seorang hamba dalam kondisi sakit seperti ini, kecuali Allāh akan berikan apa yang diharapkannya dan Allāh akan selamatkan dia dari apa yang dilakukannya."_

(Hadīts ini derajatnya hasan diriwayatkan oleh Tirmidzi nomor 983)

Luar biasa, pengaruh dari penyandaran hati.

Makanya a'āsyiral muslimīn rahimakumullāh, janganlah kita mempersempit yang luas, apalagi mengatakan:

"Kita dahulukan dulu usaha, menyusun strategi, perbuatan ketrampilan anggota badan, baru kita bertawakkal, baru kita berdo'a dan bersandar kepada Allāh."

Subhānallāh.

√ Apakah pantas kita mengatakan pertolongan Allāh itu belakangan kita harapkan? Bukan dari awal?

√ Siapa yang akan memberikan bimbingan kepada kita dari awal untuk memulainya dengan tepat?

√ Untuk merencanakannya sesuai dengan sebab-sebab yang mendatangkan kebaikan, kalau bukan karena pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla?

⇒ Kenapa kita menjadikan, memohon pertolongannya itu nomor dua? Apalagi dalam urusan-urusan kebaikan yang berhubungan dengan agama?

Oleh karena itulah ma'āsyiral muslimīn rahimakumullāh, perkara tentang tawakkal, bersandar kepada Allāh tidak boleh kita remehkan. Sehingga sebelum berusaha, berbuat apa saja kita harus  berpikir:

→ Usaha ini bisa kita rancang strategi untuk menghasilkan yang baik.
→ Usaha ini mungkin dengan ketrampilan kita, hasil kursus kita, hasil bertanya kita, pengalaman kita, kita bisa memikirkan bagaimana caranya sebab-sebab untuk menghasilkan yang baik.

Tapi pertanyaannya, apakah kita tahu akibat kebaikan dari segala sesuatu ?

Apakah kita pastikan usaha yang kita anggap baik ini nanti juga akibatnya akan baik, dampaknya akan baik?

Utamanya bagi agama kita?

Pertanyaan yang lebih tinggi dari pada itu, apakah kamu yang lebih tahu dibandingkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla?

Siapa yang sempurna pengetahuannya, yang mengetahui segala sesuatu dengan akibat-akibatnya?

Siapa yang bisa memastikan kebaikan yang kita perkirakan ini benar-benar baik untuk agama kita?

⇒ Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Maha mengetahui semuanya.

Makanya, perencanaan yang ada di dalam pikiran manusia bisa jadi dianggapnya baik, tapi bisa jadi setelah itu menimbulkan yang buruk.

Apa-apa yang tidak disukainya dianggap buruk, tapi ternyata bisa menghasilkan kebaikan. Karena manusia tidak tahu.

Bukankah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam Al Qur'ān:

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُون

_"Wahai manusia, bisa jadi kamu menyukai sesuatu (kamu membenci sesuatu) padahal itu mendatangkan kebaikan bagimu, atau kamu menyukai sesuatu padahal justru memberikan keburukan bagimu, dan Allāh Maha mengetahui sedangkan kalian (manusia) tidak mengetahui."_

(QS Al Baqarah: 216)

Maka tahu dirilah untuk kita kemudian mengatakan, "Setinggi apapun pengetahuan saya, saya tetap tidak mengetahui akibat dari segala sesuatu."

Tahu dirilah untuk kita bersandar kepada sebaik-baik Dzat tempat kita pantas bersandar kepada-Nya, karena Dia sempurna ilmu-Nya, sempurna kebaikan-Nya, sempurna rahmat dan karunia-Nya.

Wallāhi, tentu pilihan-Nya lebih baik dari pada apa yang dipilih, dirancang dan direncanakan manusia itu untuk dirinya sendiri. Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Maha mengetahui dan Maha kuasa atas segala sesuatu.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan nasehat ini bermanfaat dan memahami bahwa penyandaran diri kita kepada Allāh dari awal sampai akhir justru yang merupakan penentu terbesar dari kebaikan, hasil yang baik, dan kesudahan yang baik dari segala urusan kita.

Demikianlah mohon maaf atas segala yang salah dan kurang.

Shallallāhu wa sallam wabārak 'alā nabiyyinā Muhammad wa 'alā alihi wa ashabihi waman tabi'ahum bi ihsanin ila yaumidīn, walhamdulillāhi rabbil'alamīn.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
------------------------------------------
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Kamis, 10 November 2016

JUMLAH RAKA'AT DAN GERAKAN SHALAT (BAGIAN 2)

�� BimbinganIslam.com
Kamis, 10 Shafar 1437 H /  10 November 2106 M
�� Ustadz Fauzan ST, MA
�� Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
�� Kajian 46 | Jumlah Raka'at Dan Gerakan Shalāt (Bagian 2)
⬇ Download audio: https://goo.gl/elV1id
〰〰〰〰〰〰〰

JUMLAH RAKA'AT DAN GERAKAN SHALAT (BAGIAN 2)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد

Para sahabat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla kita.

▪TATACARA SHALĀT SAMBIL DUDUK

① Posisi Berdiri.

Kaedahnya, seseorang semampu mungkin untuk melakukan rukun sesempurna mungkin yang dia mampu, apabila tidak mampu maka berpindah pada keadaan berikutnya yaitu duduk.

Apabila mampu berdiri dengan bertelekan tongkat, atau dengan bersandar, maka tetap wajib berdiri.

Apabila mampu berdiri 1 raka'at atau 2 raka'at, maka wajib untuk berdiri walaupun pada raka'at lainnya sudah tidak mampu, maka posisi berdiri pada saat itu digantikan dengan duduk, apakah duduk iftirasy seperti dalam shalāt, atau tarabbu' (yaitu posisi bersila) atau duduk di atas kursi.

② Posisi Ruku'

Jika seseorang tidak mampu berdiri, namun mampu ruku', maka pada saat ruku' mengambil posisi yang sempurna, namun apabila tidak mampu, maka semampunya dengan memiringkan badan, sambil berdiri jika mampu, atau sambil duduk jika tidak mampu.

③ Posisi sujud

Apabila mampu untuk sujud secara sempurna, maka berpindah ke posisi sujud secara sempurna, namun apabila tidak mampu, maka dengan memiringkan badan lebih rendah dari posisi ruku'

dan demikian seterusnya

▪TATACARA SHALĀT SAMBIL BERBARING

Apabila tidak mampu untuk duduk dalam shalāt fardhu, maka diperbolehkan untuk shalāt sambil  berbaring sebagaimana hadits yang sudah disebutkan.

Adapun tata cara shalāt sambil berbaring sebagai berikut:

① Posisi berbaring:
→ bertumpu pada sisi kanan jika mampu dan menghadap kiblat
→ kemudian bertakbir dan meletakkan kedua tangan diatas dada jika mampu
→ kemudian ruku' dengan cara menundukkan kepala
→ i'tidal dengan kembali lagi
→ kemudian sujud dengan menundukkan kepala
→ kemudian kembali lagi dan begitu seterusnya
(setiap perubahan pergerakan dengan menundukkan kepala).

② Jika tidak mampu bertumpu pada sisi kanan, maka pada sisi kiri, agak miring dan menghadap kiblat, dan lakukan yang sama

③ Jika tidak mampu maka berbaring diatas punggungnya, dengan posisi kiblat dikakinya, dan bertakbir dan melakukan gerakan semampu mungkin, dengan mengangkat kepala setiap perubahan gerakan.

④ Jika tidak mampu maka dengan mengedipkan mata pada setiap pergerakan

⑤ Jika tidak mampu maka dengan isyarat tangan

⑥ Jika tidak mampu maka niatkan dengan hatinya setiap perubahan gerakan

Demikianlah secara ringkas tata cara shalāt yang diajarkan dalam syariat dan kita bisa menyimpulkan tentang:

��Ibadah Shalat sangat penting dan agungnya shalāt, sehingga tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan bagaimanapun dan kondisi apapun.

��Dan juga bagaimana Islam adalah agama yang mudah dan memberikan kemudahan, memberikan keringanan dalam setiap kondisi yang tidak mungkin dilakukan secara sempurna.

Oleh karena itu hendaknya kita bersyukur atas anugrah yang Allāh berikan kepada kita berupa syariat yang lengkap dan mudah.

Demikian yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat.


وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
__________________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
��www.cintasedekah.org
�� https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
�� youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Senin, 07 November 2016

Pembatal-Pembatal Shalat (Bagian 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 08 Shafar 1437 H /  08 November 2106 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
🔊 Kajian 44 | Pembatal-Pembatal Shalāt (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS01-FZ-H044
〰〰〰〰〰〰〰
MATAN KITAB

(فصل) والذي يبطل الصلاة أحد عشر شيئا: الكلام العمد والعمل الكثير والحدث وحدوث النجاسة وانكشاف العورة وتغيير النية واستدبار القبلة والأكل والشرب والقهقهة والردة.

Dan perkara-perkara yang membatalkan shalāt ada 11:
① Berbicara secara sengaja
② Banyak bergerak secara berurutan
③ Hadats
④ Keluar najis atau terkena najis
⑤ Terbuka auratnya tatkala di dalam shalātp
⑥ Merubah niat
⑦ Membelakangi Kiblat
⑧ Makan
⑨ Minum
⑩ Tertawa
⑪ Murtad
〰〰〰〰〰〰〰

PEMBATAL-PEMBATAL SHALĀT (BAGIAN 2)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد

Para sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan tentang perkara-perkara yang membatalkan shalat bagian  ke-2

(وانكشاف العورة))
⑤ Terbuka auratnya tatkala didalam shalāt

Tentang aurat ini juga sudah dijelaskan baik untuk laki-laki maupun untuk wanita.

Maka apabila seseorang shalāt dan terbuka auratnya maka shalātnya batal, namun apabila tersingkap dan langsung ditutup pada saat itu juga maka shalātnya tetap sah.

Menutup aurat termasuk syarat sahnya  shalāt.

((وتغيير النية))
⑥ Merubah niat

Yaitu apabila seseorang berniat dengan niat shalāt tertentu dan pada saat ditengah shalātnya dia merubah niat shalātnya untuk shalāt lainnya, maka shalātnya tidak sah atau shalātnya tersebut menjadi batal.

Hal ini berdasarkan hadīts  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam

«إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ»

"Sesungguhnya amalan itu  tergantung dari niatnya"
(HR Bukhāri dan Muslim)

Ada beberapa masalah dalam merubah niat ini :

⑴ Jika berniat untuk keluar dari shalāt maka merubah niat dari shalāt menjadi keluar shalāt atau batal shalāt, maka hal ini shalātnya batal dan tidak ada khilaf didalamnya

⑵ Jika merubah niat dari shalāt yang wajib ke shalāt wajib lainnya atau dari shalāt wajib ke shalāt sunnah lainnya, maka yang shahīh dalam mahzab bahwasanya shalātnya batal

Misalnya :

Seseorang niat shalāt dhuhur, ditengah pelaksanaan shalātnya dia teringat kalau sudah masuk waktu ashar dan juga ternyata dia sudah shalāt dhuhur, oleh karena itu dia langsung merubah shalāt yang terlanjur dia lakukan dia rubah,yang tadinya niat shalāt dhuhur kemudian berubah niatnya menjadi shalāt ashar maka hal yang seperti ini tidak sah atau batal shalātnya.

Atau misalnya dia merubah menjadi shalāt sunnah  ba'diyah dhuhur karena dia ingat shalāt sebelumnya shalāt dhuhur dia sudah lakukan maka ini juga batal.

Ataupun shalāt yang lainnya yang tertentu.

⑶ Jika dia berniat sungguh-sungguh ingin membatalkan shalāt setelah dia melaksanakan shalāt, maka pada saat itu otomatis shalātnya batal, walaupun kemudian setelah itu dia kembali lagi bahwasanya ingin melanjutkan shalāt maka pada saat berniat ingin sungguh-sungguh membatalkan shalāt otomatis shalātnya batal dan harus diulang.

⑷ Jika dia ragu-ragu dalam niatnya apakah dia ini sudah berniat keluar shalāt ataukah belum? Atau bagaimana,ada keraguan didalam hati maka disini ada khilaf dikalangan para ulama

Secara umum disebutkan kaedah oleh Syaikh Utsaimin dalam Majmu' fatawa tentang perpindahan niat, kata beliau :

" تغيير النية إما أن يكون من معيَّن لمعيَّن ، أو من مطلق لمعيَّن : فهذا لا يصح ، وإذا كان من معيَّن لمطلق : فلا بأس .

"Perubahan niat itu ada beberapa kemungkinan, kemungkinannya apakah dari shalāt yang tertentu kepada shalàt lain yang tertentu juga, atau dari shalāt muthlaq ke shalāt yang tertentu, maka kedua bentuk ini tidak sah (Batal shalātnya) namun apabila dari shalāt  tertentu kemudian berubah niatnya menjadi  shalāt muthlaq maka kata beliau tidak mengapa"

▪ Untuk Shalāt tertentu ke shalāt tertentu

Contohnya:

→ Shalāt dhuhur (tertentu) yaitu dhuhur kemudian berubah niatnya  menjadi shalāt ashar (tertentu), atau menjadi  shalāt sunnah dhuha (tertentu juga) atau berubah niat menjadi shalāt sunnah fajar semisalnya, maka yang seperti ini shalātnya tidak sah atau batal.

Baik perpindahan dari fardhu ke fardhu atau fardhu ke sunnah atau sunnah ke sunnah, maka seperti ini tertentu ke shalat tertentu maka batal.

▪ Shalāt muthlak ke shalāt tertentu

Misalnya :

→ Seseorang yang sedang mengerjakan shalāt sunnah muthlak (yaitu shalāt sunnah yang dilakukan tanpa sebab apapun, seseorang hanya ingin shalāt kemudian dia shalāt 2 raka'at) kemudian dia ingat ternyata belum shalāt dhuhur maka dia langsung merubah niat shalāt sunnah muthlaknya menjadi shalāt dhuhur, maka ini juga tidak sah atau batal.

Atau merubah pada Shalāt tertentu lainnya maka juga tidak sah atau batal.

▪ Shalāt tertentu ke shalāt muthlaq

Misal contoh diatas :

→ Seseorang sedang shalāt dhuhur  dan kemudian teringat bahwasanya dia sudah mengerjakan shalāt dhuhur, maka dia boleh mengalihkan niatnya dari shalāt dhuhur (karena sudah dikerjakan shalat dhuhur) di ubah niatnya menjadi shalāt sunnah muthlaq, dan ini tidak mengapa.

Namun kalau tadi (misalnya) niat shalāt dhuhur dia ubah menjadi shalāt tertentu (karena dia sudah selesai shalāt dhuhur) diubah menjadi shalāt sunnah  ba'diyah dhuhur (misalnya) maka ini tidak sah atau  batal Shalātnya.

((واستدبار القبلة))

⑦ Membelakangi kiblat

Membelakangi kiblat atau berpaling dengan sebagian tubuhnya kearah selain kiblat, maka ini shalātnya menjadi batal.

Hal ini berdasarkan firman Allāh Ta'āla,

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ

"Maka palingkanlah wajahmu kearah masjidil Harām"

(Qs. Al-Baqarah :217)

Menghadap kiblat adalah rukun didalam shalāt

Barangsiapa yang menghilangkan rukun tersebut maka shalātnya batal.

((والأكل))
⑧ Makan

((والشرب))
⑨ Minum

Kedua perbuatan ini termasuk pembatal shalāt. kenapa? Karena kedua perbuatan ini adalah perbuatan yang bertentangan dari maksud dan tujuan shalāt, dan juga bertentangan dengan khusyu' dan juga bertentangan dengan thuma'ninah yang diperintahkan didalam shalāt dan perbuatan tersebut menunjukkan rasa berpaling dari shalāt itu sendiri.

Namun tidak mengapa, jika seseorang lupa atau yang termakan sedikit, atau terpaksa atau tidak sengaja misalnya menelan sisa makanan yang tersangkut di giginya, atau menelan air dari sisa air wudhunya (semisalnya)  maka ini tidak mengapa, adapun yang disengaja kemudian dalam jumlah yang banyak maka ini membatalkan shalāt.

((والقهقهة))
⑩ Tertawa

Yaitu apabila keluar dari lisannya 2 huruf, maka ini dianggap sebagai ucapan, dan sebagaimana tadi sudah disebutkan ucapan manusia didalam shalāt membatalkan wudhu.

3 perkara yang disebutkan sebelumnya yaitu :
⒈ Makan
⒉ Minum
⒊ Tertawa

Jika dilakukan secara sengaja maka ijma' para ulama shalātnya adalah  batal.

((والردة))
⑪ Murtad

Ini juga membatalkan shalāt berdasarkan firman Allāh Ta'āla,

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ

"Barangsiapa yang murtad (keluar) dari agamanya (islam) kemudian mati dalam keadaan kāfir, maka mereka itulah orang-orang yang terhapus amalannya (batal semua amalannya termasuk shalātnya)."

(Qs. Al Baqarah : 190)

Demikian yang bisa disampaikan didalam halaqah ini, Semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
__________________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Minggu, 06 November 2016

Pembatal-Pembatal Shalat (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 07 Shafar 1437 H /  07 November 2106 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
🔊 Kajian 43 | Pembatal-Pembatal Shalāt (Bagian 1)
⬇ Download audio: http://bit.ly/BiAS01-FZ-H043
〰〰〰〰〰〰〰
MATAN KITAB

(فصل) والذي يبطل الصلاة أحد عشر شيئا: الكلام العمد والعمل الكثير والحدث وحدوث النجاسة وانكشاف العورة وتغيير النية واستدبار القبلة والأكل والشرب والقهقهة والردة.

Dan perkara-perkara yang membatalkan shalāt ada 11:
① Berbicara secara sengaja
② Banyak bergerak secara berurutan
③ Hadats
④ Keluar najis atau terkena najis
⑤ Terbuka auratnya tatkala di dalam shalāt
⑥ Merubah niat
⑦ Membelakangi Kiblat
⑧ Makan
⑨ Minum
⑩ Tertawa
⑪ Murtad

〰〰〰〰〰〰〰

PEMBATAL-PEMBATAL SHALĀT (BAGIAN 1)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد

Para sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita lanjutkan pada halaqah yang ke-43, masuk pada fasal tentang perkara - perkara yang membatalkan shalāt bagian pertama

قال المصنف
▪Penulis Rahimahullāh berkata

((والذي يبطل الصلاة أحد عشر شيئا))

Dan perkara-perkara yang membatalkan Shalāt ada 11 perkara

((الكلام العمد))
① Berbicara secara sengaja

Seseorang yang berbicara secara sengaja didalam shalātnya, maka shalātnya batal.

Hal ini berdasarkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam,

مسند أبي داود الطيالسي (2/ 427)
إِنَّ صَلَاتَنَا هَذِهِ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ

"Sesungguhnya shalāt kami ini tidak diperbolehkan sedikitpun ucapan manusia"

(HR Muslim, Abū Dāwūd, An-Nasai)

· Begitu juga hadīts  Zaid bin arqom

توفيق الرحمن في دروس القرآن (1/ 313)
(إنا كنا لنتكلم في الصلاة على عهد النبي - صلى الله عليه وسلم -، يكلم أحدنا صاحبه بحاجته، حتى نزل: {حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ} ، فأمرنا بالسكوت ونهينا عن الكلام) . متفق عليه.

"Bahwasanya kami dulu pada zaman Nabi  Shallallāhu 'alayhi wa sallam saling berbicara tatkala shalāt , masing-masing mengajak temannya untuk berbicara tentang urusannya, sampai turun ayat

'Jagalah shalāt -shalāt dan shalāt Al wustha dan berdirilah menghadap Allāh dalam keadaan khusyu'. Maka kemudian setelah itu kami diperintahkan untuk diam tatkala shalāt dan dilarang untuk berbicara." Muttafaqun 'alaih

(Diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim)

Namun apabila ucapan itu sedikit  atau ucapan tersebut dikarenakan lupa ataupun karena  jahil (tidak tahu)  maka hal itu ma'fu atau ma'dur dimaafkan dan  tidak membatalkan shalātnya.

((والعمل الكثير المتوالي))
② Banyak bergerak secara berurutan

Yaitu gerakan-gerakan yang diluar gerakan shalāt yang diperintahkan

Didalam mahzab Syāfi'i  3 gerakan secara berurutan baik sengaja ataupun lupa ataupun gerakan seluruh tubuhnya maka shalātnya batal.

Hal ini  berdasarkan hadits Muaiqīb dari Nabi  Shallallāhu 'alayhi wa sallam.

صحيح مسلم (1/ 388)
حَدَّثَنِي مُعَيْقِيبٌ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ فِي الرَّجُلِ يُسَوِّي التُّرَابَ حَيْثُ يَسْجُدُ، قَالَ: «إِنْ كُنْتَ فَاعِلًا فَوَاحِدَةً»

Kata Rasūlullāh:

"Tatkala beliau mengomentari orang yang sedang meratakan tanah sementara dia sedang sujud, maka kata Beliau 'Apabila  memang harus dilakukan maka cukup sekali saja'."

(Hadīts riwayat Muslim)

· Banyak melakukan gerakan yang sia-sia baik dengan tangannya, kakinya, atau anggota tubuhnya yang lain maka ini adalah termasuk perkara yang dapat membatalkan shalāt, (karena) hal itu  menganggu shalatnya dan mengganggu kekhusyu'an  yang ada di dalam shalātnya.

· Gerakan-gerakan yang dilakukan itu adalah cerminan dari hatinya yang tidak konsentrasi di dalam shalāt.

· Jika khusyu' hatinya, maka anggota tubuhnya pun akan khusyu' dan tenang serta thuma'ninah, karena thuma'ninah adalah termasuk rukun di dalam shalāt, maka apabila rukun itu hilang maka shalātpun batal.

Adapun yang disebutkan dalam mahzab Syāfi'i bahwasanya 3 kali gerakan secara berturut-turut membatalkan, maka hal ini tidak ada dalilnya.

Yang jelas tidak ada batasan tertentu yang membatasi 3 gerakan baik kurang ataupun lebihnya seseorang bergerak atau menggerak-gerakan anggota tubuhnya maka selama hal itu mengganggu kekhusyu'an shalatnya maka bisa berakibat shalātnya menjadi batal.

Oleh karena itu setiap orang berusaha agar bisa shalāt dalam keadaan tenang dan dalam keadaan Khusyu'agar diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Adapun gerakan yang disana ada maslahat dan diperintahkan untuk dilakukan  maka tidak mengapa, seperti:

√ Menghalangi orang yang hendak melewati kita yang sedang shalāt.
√ Menjauhkan perkara-perkara yang bisa membuat mudharat,

Misalnya :
↝Ada ular
↝Membukakan pintu
↝Lain sebagainya (disana ada mashlahat yang jelas)

((والحدث))
③ Hadats

Baik hadats yang kecil maupun hadats yang besar maka keduanya membatalkan shalāt.

Shalāt tidak akan diterima sampai seseorang bersuci dalam shalātnya

Berdasarkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam,

صحيح البخاري (1/ 39)
«لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ»

"Orang yang sedang hadats tidak diterima shalātnya sampai dia berwudhu atau sampai dia bersuci sampai terangkat hadatsnya."

(Hadīts riwayat Bukhāri)

Maksudnya disini yaitu  bersuci dari hadats tersebut yaitu Thaharah.

Seseorang shalāt maka wajib bagi dia untuk berthaharah sebelum shalātnya.

((وحدوث النجاسة))
④ Keluar najis atau terkena najis

Dan sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dalil-dalilnya maupun penjelasannya tentang najis itu sendiri, kemudian bagaimana  cara menghilangkannya dan juga kewajiban untuk menghilangkan najis tersebut sudah dijelaskan pada halaqah yang lalu.

Point ke 3 dan 4, ini terkait dengan thaharah.

Thaharah  adalah syarat diterimanya shalāt,tatkala syarat itu hilang maka shalātnya pun menjadi batal.

Oleh karena itu wajib untuk mengangkat hadats dan menghilangkan najis.

Demikian yang bisa kami sampaikan didalam halaqah ini, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
__________________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Jumat, 04 November 2016

Menjadi Orang Mulia

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 05 Shafar 1438 H / 05 November 2016 M
👤 Ustadz Fachri Permana
📔 Materi Tematik | Menjadi Orang Mulia
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-Tmk-FP-OrangMulia
🌐 Sumber: https://youtu.be/9UhLa_u4z34
-----------------------------------

Kaum muslimin rohimani warohimakumullāh.

Siapa di antara kita yang tidak ingin menggapai kemuliaan?

Siapa di antara kita yang tidak ingin menjadi manusia yang mulia?

Kita semua pasti menginginkannya.

Namun bagaimana cara kita mencari kemuliaan?

▪Ada di antara orang-orang yang ingin menggapai kemuliaan dengan hartanya. Memperbanyak harta supaya dia menjadi manusia yang mulia, yang di anggap oleh orang lain.

▪Ada yang ingin menjadi mulia dengan cara menjadi terkenal, ingin menjadi bintang dalam dunia perfilman dan lain sebagainya.

▪Ada pula orang yang ingin meraih kemuliaan dengan cara bagaimana supaya seluruh manusia ridho kepadanya.

Kaum muslimin yang di rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala,

Banyak cara dari berbagai macam manusia untuk menjadi mulia. Namun hakikat kemuliaan yang sejati itu seperti apa?

Oleh karenanya simaklah salah satu kisah yang sangat menakjubkan yang terjadi antara khalifah Umar Ibnul Khatthab radhiallahu 'anhu bersama sahabat Abu Ubaidah ibnul Jarrah.

Suatu ketika, ketika mereka berdua berjalan menuju Syam hendak menemui pembesar-pembesar orang-orang kafir, Umar Ibnul Khatthab radhiallahu 'anhu melepas sepatunya dan memegang pelana dari hewan kendaraannya.

Melihat hal itu sahabat Abu Ubaidah ibnu Al Jarrah mengatakan:

“Saya khawatir mereka, pembesar-pembesar orang-orang kafir, akan melecehkan anda wahai amirul mu’minin. Bagaimana mungkin seorang pemimpin melepaskan kedua sepatunya diletakkan di lehernya, kemudian menemui pembesar-pembesar orang-orang kafir dengan cara yang terlihat hina.”

Tetapi apa jawaban amirul mu’minin Umar ibnul Khatthab radhiallahu 'anhu?

Beliau mengatakan dengan kalimat yang emas, simaklah ucapan beliau:

إنا كنا أذل قوم فأعزنا الله بالإسلام فمهما نطلب العزة بغير ما أعزنا الله به أذلنا الله

_“Sesungguhnya kita adalah suatu kaum yang Allah hinakan dahulu (karena memang bangsa Arab dahulu adalah bangsa yang hina, bangsa yang di remehkan) maka Allah muliakan kita dengan Islam. Maka dari itu, selama kita mencari kemuliaan dengan selain apa yang Allah jadikan kita mulia yaitu Al Islam, maka sungguh Allah akan menghinakan kita.”_

(HR Al Hakim dalam Mustadrak 'ala Ash Shahihain, Juz 1 nomor 207)

Inilah, kaum muslimin yang di rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Raihlah kemuliaan dengan agama islam.

# Jalankanlah syari’atnya,
# Hilangkanlah atau jauhilah larangan-larangan Allah,
# Carilah keridhaan dari Islam.

## Niscaya kita akan menjadi manusia yang mulia di mata masyarakat, di mata manusia apa lagi di mata Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Oleh karenanya, kaum muslimin yang di rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala, marilah kita kembali kepada Islam.

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام

_“Sesungguhnya agama yang sah di sisi Allah hanyalah Islam.”_

(QS Ali Imran: 19)

Satu-satunya cara agar kita menjadi mulia dunia maupun akhirat adalah dengan cara kembali kepada Islam.

Semoga bermanfaat, walhamdulillāhi rabbil ‘ālamin.

____________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Kamis, 03 November 2016

Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 10)

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 04 Shafar 1438 H / 04 November 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 10)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-10
-----------------------------------

Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan. Kita masih berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

_Yang kedua, yang perlu ditekankan kalau kita ingin dakwah dengan sosmed kita, ketika kita dapat artikel, baca dulu dan baca dulu._

"Mas aku masih belum faham dengan artikel yang antum kirim."

"Artikel yang mana ya?"

"Itu yang tentang khusyu."

"Tunggu-tunggu aku baca dulu."

Ternyata dia belum baca, sudah main sebar sana, sebar sini, sebar situ, baca !!!

Kalau ada yang salah anda bertanggung jawab di hadapan Allāh.

Jadi sebelum kita share, baca dulu, jangan main share-share saja.

_Yang ketiga, yang perlu ditekankan adalah ketika kita ingin berdakwah di sosmed, yaitu ilmu yang kita dapat sebelum kita dakwahkan, berusaha kita amalkan._

Jangan hanya copy paste, copy paste dan copy paste tetapi tidak pernah dibaca dan tidak pernah diamalkan.

Ya gitu-gitu aja. Kirim sana, kirim sini, kirim sana, kirim sini. Karena kebanyakan group akhirnya bingung sendiri, tidak sempat baca dan akhirnya tidak pernah diamalkan. 

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

_"Apakah kalian mengajarkan manusia berbuat baik, tapi kalian lupa diri-diri kalian, padahal kalian sudah baca Kitab (Taurat), apakah anda tidak berfikir."_

(QS Al Baqarāh: 44)

Oleh karena itu, baca dulu untuk kita dan amalkan, baru kita bisa share ke orang lain.

Lalu, tidak semua artikel yang bagus bisa kita share. Ingat fiqih dakwah, jangan langsung copy paste.

Maksudnya gini lho, kita punya group teman-teman SMA, semuanya pegawai bank, kemudian artikel pertama "haramnya riba", sabar.

Dakwah Nabi pertama kali memangnya tentang riba? Tidak kan? Tentang tauhid, tentang: La Illaha Illallāh.

Katanya anda mau dakwah, tidak bisa semuanya di-share. Makanya kalau mau share saran saya, minta bimbingan dari alim ulama, "Ini boleh dishare tidak?" Tanya dulu,

"Artikel antum bagus, akh. Kira-kira cocok tidak kalau saya share di group keluarga?"

Jadi, tidak semua di share, harus pastikan ini artikel cocok atau tidak, artikel itu tepat atau tidak. 

_Yang ketiga, yang perlu ditekankan adalah: hati-hati riya terselubung._

Ini penting, khususnya dari sisi selfie dan narsis, hati-hati. Karena selfi dalam urusan dunia akan menggiring kita untuk selfie dalam ibadah dan itu real terbukti.

Orang yang biasa selfie ketika misalnya ke Paris, ke Dubai, ke Kuala Lumpur, maka mereka akan selfie di depan Ka'bah.

Orang yang hobi naruh status, begitu landing di Madinah, "Madinah 6 am". Biar yang lain tahu kalau anda sendang di Madinah sekarang.

Buat apa kita posting? Ini riya terselubung, sum'ah terselubung. Hati-hati dalam masalah ini.

Lalu kalau kita lagi jalan di Masjidil Haram, ada orang kemudian kita minta tolong fotokan. Biasanya gaya fotonya kaya gimana? Dia angkat tangan, lalu belakangnya Ka'bah. Kan kebalik, harusnya kan do'anya hadap Ka'bah. Kita kalau mau do'a itu hadap Ka'bah jangan belakangin Ka'bah.

Bayangkan, orang sedang sa'i masih sempat-sempat selfie di Marwa, masih sempat-sempat selfie di Shāfa. La haula wa la quata illabillāh. 

Ini penyakit. Karena Islam tidak mengajarkan kita terpukau dengan diri kita. Apa firman Allāh Subhanahu wa Ta'ala:

تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأرْضِ

_"Akhirat (surga), Kami (Allāh) persiapkan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di dunia."_

(QS Al Qashash: 83)

~~> tidak ingin show off di dunia.

Silakan baca buku tafsirnya. Sebagian contoh yang dibawakan para ulama: 

"Barang siapa yang pakai sandal dan dia berharap (dia punya motivasi sendalnya) lebih bagus dari orang lain, maka dia terancam tidak masuk surga."

Ini budaya yang merusak, saya ingatkan. Ibnul Qoyyim mengatakan:

"Bahwa 'ain bisa terjadi tanpa melihat secara langsung."

Artinya kalau kita gampang-gampang (bermudah-mudah) pasang foto kita di sosmed, khawatir ada orang hasad dengan punya 'ain kemudian melihat foto kita dan kita terkena (terkena 'ain). Ibnul Qoyyim menjelaskan itu dalam Zadul Ma'ad.

Hati-hati dalam memposting foto kita, foto suami kita, foto istri kita, lalu foto anak-anak kita.

"Tapi kan kalau gitu, kalau lagi normal juga kita bisa kena 'ain?"

Iya, tapi kan yang jadi masalah, saat kita posting, itu jelas tujuannya bukan ibadah, itu tujuannya bukan amal sholeh, itu ingin tampil. Dan ingin tampil diridhāi apa tidak oleh Allāh? Tidak diridhāi. Maka akan semakin besar potensi kita kena 'ain.

Wallāhu Ta'ala A'lam bish Shawwab.

Yang berikutnya, pikirkan dulu sebelum kita memposting aktivitas-aktivitas kita. Simak baik-baik sabda Nabi, ini sabda penting, dikeluarkan Imam Thābrani dan dishāhihkan Al Imam Albani Rāhimahullah:

استعينوا على إنجاح الحوائج بالكتمان فإن كل ذي نعمة محسود

_"Mintalah pertolongan kepada Allāh agar Allāh menyelesaikan urusan-urusan kita dengan merahasiakannya (dengan menyembunyikannya, dengan menutupnya, off the record) .. "_

Kenapa? Kenapa jangan dibuka?

Karena setiap orang yang punya nikmat ada penghasadnya. 

Antum sedang proses dengan wanita tercantik di Jakarta Selatan, jangan taruh di facebook. Kan ada yang hasad. Begitu taruh di facebook, besoknya dilamar orang yang tiga kali lipat lebih kaya dari antum, hilang.

Harusnya kan, tiba-tiba sudah nikah aja. Kan orang bingung. "Ya Allāh, gue kelewatan sama dia."

Ini dikasih tahu, itu sama saja membuka kesempatan untuk lawan kita untuk menyerang kita.

Dan ini sabda nabi lho, Ini bukan teori. Jangan bilang-bilang, kalau sudah jadi baru sampaikan.

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

_"Adapun nikmat Rābbmu, ceritakanlah."

(QS Adh Dhuhā: 11)

Itu silakan, selama niatnya ikhlas. Tapi kalau lagi proses, kalau lagi beraktivitas, lagi usaha, "Do'ain ya guys, do'ain ya guys."

Emang semuanya dukung antum? Pasti ada tukang hasadnya. Nabi aja dihasadi. Jadi sembunyikan, tidak usah cerita-cerita.

Ini salah satu adab dalam dunia sosmed atau group atau twitt. Tidak usah antum cerita pergi kemana, banyak yang penghasad disekeliling kita. Kita tidak su'udzon, tapi fakta membuktikan hal demikian.

(12) Point yang keduabelas: HATI-HATI DENGAN FITNAH WANITA

Poin yang berikutnya, yang terakhir, yang perlu ditekankan masalah ini, hati-hati dengan fitnah wanita disosmed. Ini penting. Dan ini harus ditekankan.

Hati-hati dengan fitnah wanita, baik yang masih single maupun yang sudah berkeluarga. Nabi shālallāh 'alayhi wassalam mengatakan :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

_"Aku tidak pernah meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki kecuali masuk dari sisi perempuan."_

Dan begitu juga sebaliknya. Fitnah lawan jenis ini fatal. Nabi mengatakan bahwa fitnah yang pertama kali menyerang Bani Israil itu fitnah apa? Fitnah wanita.

Saya ingin tanya. Bani Israel orang-orang bodoh atau orang-orang cerdas? Orang-orang cerdas. Etnis tercedas di dunia. Itu saja masih bisa bertindak bodoh gara-gara terfitnah dengan lawan jenis.

Said bin Musayyid, pakar fiqih di dunia tabi'in, beliau mengatakan:

ما شيء أخوف علي من النساء

_"Tidak ada yang lebih aku takutkan dibanding dengan wanita."_

Athā bin Abi Rābaq, muftinya Mekah, mengatakan:

"Kalau aku disuruh menjaga harta baitul maal in syā Allāh saya amanah, tapi kalau saya ditinggal berdua-duaan di sebuah kamar dengan wanita, saya tidak merasa aman dengan diri saya. Saya tidak bisa pastikan saya bisa menjaga keistiqomahan saya."

Itu Athā, muftinya Masjidil Haram.

Bahkan Abu Nu'aim, dalam Hilyatul Aulia membawakan penjelasan para ulama:

"Janganlah anda berdua-duaan dengan wanita walapun dengan dalih mengajarkan Al Qur'anul Karim."

Tidak boleh.

Bahkan dalam mahdzab Syafi'i, bila kita shālat hanya dengan wanita di belakang kita, tdak boleh. Padahal itu bukan hadap-hadapan. Satu arah, arah kiblat dan shālat lho, ini bukan ngobrol, bukan chating. Kecuali kalau alasannya syar'i memang boleh komunikasi laki-laki dengan wanita, diperbolehkan.

Nabi pernah berkhālwat, makanya Imam Bukhāri menulis: Bab, Ada Khālwat yang Dibolehkan, dengan syarat aman dari fitnah dan sesuai dengan kebutuhan.

Dan kalau khākwat berdua-duaan itu harus di tempat yang terlihat, tidak boleh di tempat yang tertutup.

Dan sekali lagi, terakhir, hati-hati dengan fitnah wanita di sosmed, karena banyak CLBK itu dari sosmed, banyak perkenalan dari sosmed.

Khususnya ketika antum lagi ada masalah keluarga, jangan buat (bangun) komunikasi dengan laki-laki atau dengan wanita di sosmed. Karena itu nanti jadi pelarian.

Itulah beberapa adab dan hukum yang berkaitan dengan sosmed.
Ini yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat.

Astaghfiruka wa atubu ilaik.

Assalamu'alaikum warhmatullahi wabatakatuh
__________________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Selasa, 01 November 2016

Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 08)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 02 Shafar 1438 H / 02 November 2016 M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 08)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-08
-----------------------------------

Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan.

Kita masih berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

(9) Point yang kesembilan: HATI-HATI BERKOMENTAR

Hati-hati memberikan komentar di sosmed.

Dan ini saya tekankan, apalagi kita sudah belajar.  Walaupun orang itu jelas-jelas bersalah, apalagi sudah taubat, dan kita tidak tahu kapan dia taubat kepada Allāh Subhanahu wa Ta'ala.

Ini yang ditakutkan oleh para ulama. Gampang memberikan komentar kepada saudaranya.

Ulama besar, Ibrahim An Nakha'i, beliau mengatakan:

" إني لأرى الشيء أكرهه، فما يمنعني أن أتكلّم فيه إلا مخافة أن أُبتلى بمثله".

_"Aku melihat sesuatu yang aku tidak suka, tidak ada yang menahanku untuk berkomentar dan membicarakan dirinya kecuali karena aku khawatir aku yang akan ditimpakan masalahnya dikemudian hari."_

Misalnya, kalau ada jama'ah pengajian berzinah, na'udzubillāh. Kalau itu terjadi di jaman Ibrahim An Nakha'i, itu tidak ada yang membuat beliau tidak berkomentar kecuali beliau khawatir beliau terjatuh ke dalam zinah tersebut. Dan itu real.

Ini konsep para sahabat, konsep para tabi'in.

Hasan Al Basri mengatakan dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Ash Shamt:

كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به

"Para sahabat dan tabi'in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allāh, maka Si Pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut."

Antum tahu, teman pengajian antum terfitnah dengan wanita. Dia pacaran atau dia jalin hubungan, bahkan mungkin selingkuh. Lalu antum ceritakan, antum cela. Maka kata para sabahat anda tidak akan meninggal kecuali anda terlibat perselingkuhan. Na'udzubillāh.

Mengapa mereka memiliki konsep demikian?

Ya karena hadits Nabi shālallāhu 'alayhi wassalam.

Kata Nabi shālallāh 'alayhi wassalam dalam hadits yang dihasankan oleh Imam Tirmidzi nomor 2506 dan dihasakan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arna'uth:

لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فيعافيه الله وَيَبْتَلِيكَ ».

_"Janganlan anda mencela saudara anda terang-terangan karena dosa-dosa dia, karena bisa jadi Allāh akan mengampuni dia dan Allāh akan masukan anda ke dosa tersebut."_

Kita lihat teman kita yang sudah dekat sama Allāh, ternyata berzina. Lalu kita bicarakan di group. Allāh akan ampuni saudara anda dan anda akan berzina.

Na'udzhubillāh tsumma na'udzubillāh.

Dalam hadits Imam Tirmidzi dan Imam lainnya juga mengatakan hal yang sama.

Bahkan sekaliber 'Abdullāh bin Mas'ud tidak berani kasih komen kalau lihat anjing. Kata beliau:

لو سخرت من كلب، لخشيت أن أكون كلبً

_"Jika aku mencela dan merendahkan seekor anjing, aku khawatir aku akan dirubah seperti anjing atau Allāh berikan sifat-sifat buruk anjing itu kepada diriku."_

Sebagaimana yang tercantum dalam kitab Az Zuhud karya Al Imam Hinan bin Sirh.

Jadi, Abdullāh Bin Mas'ud tidak suka sama anjing tapi tidak dikomentarin.

Kita semua dikomentarin. Kita dikit-dikit komen, dikit-dikit komen, ini fatal.

Ibnu Mas'ud, sama anjing aja tidak berani mengomentarin.

Kita, facebook kita isinya komen, komen dan komen. Ada orang salah dikomentarin.

Kasih udzur lah atau kalau mau kasih nasehat, secara sir (rahasia).

Kenapa dikit-dikit komen, dikit-dikit komen, itu tidak bagus. Dan salah satu hukumannya kita akan terjatuh ke lubang yang sama.

"Tapi saya kesal sekali sama dia ustadz, dia bermaksiat kepada Allāh, merusak dakwah."

Apa kata Nabi shālallāhu 'alayhi wassalam?

Dan hadits berikut ini juga pelajaran bagi kita yang suka dikomenin orang. Jangan di balas komen itu, jangan di balas dengan komen yang menyerang lagi. Akhirnya kita balas-balasan di sosmed kita,.

Simak baik-baik hadits ini:

وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

_"Jika ada seseorang yang mencela anda karena dia tahu aib-aib anda. Jangan dibalas walaupun anda tahu aib-aib dia. Karena cukuplah caci maki dia kepada kita akan membuat dia terkena bencana dari Allāh Subhanahu wa Ta'ala."_

(HR Abu Daud nomor 4084 dan Tirmidzi nomor 2722)

Dia buka kartu kita, kita jangan buka kartu dia, jangan dibalas, walaupun kita tau.

Mungkin dulu ada yang selingkuh lalu ketahuan. Lalu diadukan, dicela dan seterusnya.

Tiba-tiba berikutnya dia lihat teman istrinya itu selingkuh juga. Tidak usah dibuka walaupun sebelumnya dia caci maki kita.

Kalau sudah begini anda tidak usah ikut campur. Nikmatin hidup aja. Insya Allah jadi penghapus dosa. Evaluasi diri. Tidak usah caci maki. Karena Allāh yang akan balas.

Memangnya kalau anda yang balas mau ngapain sih?

Mana yang lebih pedih, balasan Allāh atau balasan kita? Balasan Allāh.

Ya sudah, biarkan saja Allāh balas. Allāh syadidul iqab (sangat keras siksanya). Tidak usah dipikir, dia akan habis.

Akan di azab oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala kalau dia tidak bertaubat kepada Allāh.

Karena itu berhati-hatilah kalau komen.

Allāhu A'lam bish shawwab.
__________________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

*Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah*
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------