Senin, 24 Oktober 2016

Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 02)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Muharram 1438H / 25 Oktober 2016M
👤 Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
📔 Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 02)
⬇ Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-02
-----------------------------------

Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.

Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan.

Kita akan berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

Salah satu ulama besar pada hari ini, Syaikh Shalih Alu Syaikh, ketika beliau menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat, beliau menjelaskan bahwa tidak semua tanda-tanda hari kiamat itu negatif.

OK, Dajjal negatif, Yajuj Majuj negatif, durhaka kepada orang tua negatif, banyaknya kasus pembunuhan negatif.

Tapi tidak semuanya negatif dan salah satunya adalah netral yaitu fenomena yang sedang kita alami pada hari ini.

Sebagaimana definisinya adalah media. Sebagaimana pisau adalah media atau alat untuk memotong maka sosmed adalah media yang bisa membawa kita ke surga atau membawa kita ke neraka.

Yang bisa kita gunakan untuk mendapat nikmat kubur atau kita gunakan untuk mendapatkan adzab kubur.

Sosmed adalah pedang bermata dua.

Oleh karena itu, seorang muslim yang hidupnya saat ini tidak bisa dipisahkan dengan media sosial, dia harus tahu adab dan hukum yang berkaitan dengan media yang satu ini.

Kita akan bahas dengan penuh keterbatasan. Namun semoga yang sedikit ini diberkahi Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.

Sebelum kita menggunakan sosmed, sebelum kita gunakan media-media tersebut, sebelum kita berinteraksi, sebelum kita memainkan gadget kita:

(1) Point yang pertama: BAGI WAKTU DENGAN PROPORSIONAL

Hendaknya kita pahami bahwa Islam menuntut kita membagi waktu dengan proporsional.

Menggunakan gadget atau menggunakan sosmed itu boleh selama postif tapi kita harus tahu waktunya, karena kita dituntut untuk membagi waktu secara proporsional.

Nabi shālallahu 'alayhi wassalam menyatakan:

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ.

_"Sesungguhnya Rābbmu punya hak (yang harus engkau tunaikan), dan dirimu itu punya hak, dan keluargamu (istri kita, anak-anak kita, atau yang ibu-ibu, suaminya, anaknya) itu punya hak. Maka berikanlah setiap orang dan semua pihak, haknya masing-masing."_

(HR Bukhari nomor 1832 versi Fathul Bari nomor 1968)

Ini salah satu penyakit sosmed yang paling parah, yaitu waktu kita habis.

Suami pulang, istri masih asyik saja dengan facebooknya atau gamenya.

Nabi mengatakan bahwa Rābb kita punya hak.

Silahkan berteman di jejaring sosial, tapi ingat Allāh punya hak, istri punya hak, suami punya hak, anak-anak punya hak, semua punya hak yang harus kita tunaikan.

Tahu tidak, hadits Bukhari ini, Nabi sampaikan kepada siapa?

Pertama kali nabi sampaikan hadits itu kepada siapa sih ?

Kepada Abu Darda, masya Allah.

Ada apa dengan Abu Darda? Apa beliau punya facebook?

Beliau over dalam beribadah. Istrinya tidak pernah disentuh. Siang puasa, malam qiyamul lail dari ba'da isya sampai menjelang subuh.

Akhirnya dinasehati sama Salman. Abu Darda tidak terima, lapor kepada Nabi shālallahu 'alayhi wassalam. Lalu Nabi mengatakan:

صَدَقَ سَلْمَانُ

_"Yang benar itu Salman."_

Lalu Nabi mengatakan hadits di atas:

"Sesungguhnya Rābbmu punya hak (wahai Abu Darda)."

==> Terlalu bersemangat beribadah itu bagus tapi jangan lupa, tubuhmu itu juga punya hak. Harus tidur. Tidak bisa qiyamul lail dari ba'da isya sampai subuh setiap hari, itu tidak bisa, harus tidur.

"Dan istrimu, anak-anak mu punya hak."

==> Punya hak disapa, dibelai, diajak bicara, bercanda, main sama anak, itu punya hak. Jangan hanya shālat terus.

Maka berikanlah setiap pihak hak nya masing-masing.

==> Itu yang dikritik, yang keranjingan shālat lail.

Bagaimana kalau Nabi melihat bagaimana kita berinteraksi dengan gadget kita?

Saya ingin tanya, kalau kita evaluasi diri yang paling sering kita pegang gadget kita atau tangan istri kita?

Jangan-jangan nikah bertahun-tahun tidak pernah gandengan tangan ini.

Itu baru istri loh. Kita belum bicara mushaf, kita belum bilang kitab shāhih Bukhari, kita belum bicara kita shāhih Muslim, kita belum bicara kitabul tauhid.

Prioritas orang lebih asyik dengan gadgetnya.

Mana yang lebih sering kita pegang? Gadget kita atau kita pegang tangan mungil anak kita?

Itu semua punya hak.

Kalau shālat saja tidak bisa dijadikan alat untuk menjustifikasi seseorang yang tidak menunaikan hak keluarganya. Bagaimana sosmed yang ada ditengah-tengah kita sekarang?

Coba kita renungkan, kita tuh ngapain sih hidup ini?

Apakah kita pegang mushaf seperti kita pegang gadget kita?

Pembagian waktu itu penting. Karena kita akan ditanya oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala.

Silahkan bersosial dengan media-media yang ada. Tapi jangan lupakan shālat, jangan lupakan menuntut ilmu. Waktu ini penting.

الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك

_"Waktu itu ibarat pedang. Kalau anda tidak tebas dia, dia akan tebas anda."_

Kita akan ditanya oleh Allāh. Tadi haditsnya sudah dibacakan. Kaki ini tidak akan beranjak dari sisi Allāh sampai kita ditanya tempat perkara, waktu kita, kita habiskan untuk apa.

Lalu dalam riwayat masa muda kita, kita habiskan untuk apa.

Ini kan pengulangan dan penekanan, karena masa muda bagian dari waktu hidup kita. Itu ditanya sama Allāh.

Dan istri kita akan nuntut pada hari kiamat, suami kita akan nuntut pada hari kiamat. Anak-anak ketika kurang perhatian, papanya sibuk dengan gadgetnya, mamanya sibuk dengan gadgetnya, dia akan tuntut kita pada hari kiamat kelak.

Maka gunakan semestinya. Silakan punya group, tapi jangan terlalu banyak aktif di group, dan juga tidak jelas. Ketika dicek cuma ha ha hi hi. Untuk apa ?

Padahal Nabi shālallahu 'alayhi wassalam mengatakan:

وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

_"Jangan terlalu banyak ketawa, kalau banyak ketawa itu akan mematikan hati."_

(HR Tirmidzi 2305)

Nabi, kan mengatakan dalam hadits Tirmidzi nomor 2317:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ, تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

_"Salah satu tanda baiknya Islam seseorang (salah satu ciri kwalitas agama kita itu bagus), kita meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat."_

Jadi, kalau obrolan di group sudah tidak jelas apalagi cendrung haram, cut, selesai.

Kalau cuman kasih jempol doang, buat apa habis-habisin waktu. Jangan habiskan waktu.

Salah satu tanda kebaikan seseorang dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi akhiratnya atau bagi dunianya.

Prioritas orang habis satu jam, dua jam hanya untuk di group satu, di group dua, di group tiga, di group empat. Boleh, tapi dilihat proporsional tidak.

Hasan Al Basri pernah berkata:

من علامة إعراض الله تعالى ، عن العبد أن يجعل شغله فيما لا يعنيه

_"Salah satu tanda Allāh berpaling dari seseorang (Allāh berpaling dari kita), Allāh akan biarkan kita sibuk ngurusin hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kita."_

Jadi, kalau pekan ini kita evaluasi, waktu kita kebanyakan yang tidak bermanfaat dan mayoritas habis buat sosmed, maka itu menunjukan Allāh berpaling dari kita.

Kita ditinggalkan oleh Allāh, kita tidak diberikan hidayah oleh Allāh, kita tidak diberikan taufik oleh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala.

Allāh biarkan dia sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
____________________________
Info Program Cinta Sedekah Bulan ini :
1. Pendirian Rumah Tahfidz di 5 Kota
2. Membantu Operasional Radio Dakwah di 3 Kota

📦 Salurkan Infaq terbaik anda melalui
| Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur
| No. Rek : 7814500017
| A.N : Cinta Sedekah (infaq)
| Konfirmasi Transfer :
+62878-8145-8000

*_Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah_*
🌎www.cintasedekah.org
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar